Senin, 28 Oktober 2013

Upaya Meningkatkan Kemampuan Siswa Kelas III SD Negeri 2 Sukajaya dalam Pembelajaran Matematika Melalui Penggunaan Media-Media Terdekat




A.   Judul
Upaya Meningkatkan Kemampuan Siswa Kelas III SD Negeri 2 Sukajaya dalam Pembelajaran Matematika Melalui Penggunaan Media-Media Terdekat
B.   Penulis
Nama                   : Jumnati, S.Pd.SD.
Jabatan                : Guru Kelas IIISD Negeri 2 Sukajaya
No. Hp                  : 081322939383
C.   Abstrak dan Kata Kunci
ABSTRAK
Kata-kata Kunci: perkalian, benda-benda terdekat, pembelajaran matematika SD
             Berdasarkan hasil ulangan harian pelajaran matematika tentang perkalian bersusun menunjukkan bahwa pembelajaran kurang berhasil. Pada hal menurut informasi guru tersebut dalam pembelajaran sehari-hari sudah dijelaskan secara lisan, sudah diberi contoh-contoh, dan bahkan sudah diberai soal-soal latihan dan memberi kesempatan pada siswa  untuk bertanya, namun mereka tak memanfaatkan kesempatan tersebut.
Rendahnya penguasaan kemampuan menghitung perkalian dalam pe,belajaran tersebut dikarenakan kurang tepatnya model pembelajaran dan media yang digunakannya. Sehingga siswa menjadi tidak aktif, mudah bosan, dan kurang memperhatikan penjelasan guru. Oleh karena itu untuk meningkatkan kemampuan menghitung perkalian  diperlukan model pembelajaran dengan media yang tepat. Salah satunya adalah model pembelajaran dengan menggunakan media benda-benda terdekat.
           Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan menghitung perkalian  siswa kelas III  SD Negeri 2 Sukajaya. Lokasi penelitian ini di SD Negeri 2 Sukajaya Kec. Cimerak, Kab. Ciamis dengan Jumlah siswa 49 anak, 25 anak Siswa putri dan 24 anak siswa putra. Data dalam penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara,angket, hasil observasi tindakan, dan hasil evaluasi. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus dilakukan berdasar tahapan: (1) menyusun rencana kegiatan, (2) melaksanakan tindakan,(3) observasi, dan (4) analisis yang dilanjutkan dengan refleksi.
           Hasil penelitian menunjukkan bahwa menurut hasil observasi peneliti pada pra tindakan adalah dalam pembelajaran siswa kurang aktif, mudah jenuh, dan perhatin siswa pada penjelasan guru sangat kecil. Pada tindakan siklus-1 penguasaan materi sebelum pembelajaran diberikan 31%, setelah kegiatan berlangsung aktivitan siswa menunjukkan: siswa aktif 58%, siswa sedang 30% , dan siswa pasif 12%. Kerja sama siswa: siswa aktif 62%, siswa sedang 28%, dan siswa pasif 10%. Sedangkan hasil evaluasi rata-rata 68 dengan siswa tuntas 33 siswa dan belum tuntas 16 siswa. Hasi tindakan pada siklus-2 penguasan materi sebelun tindakan 48%. Setelah tindakan dilakukan aktivitas siswa: siswa aktif78%, siswa sedang 18% dan siswa pasif 4%. Kerja sama siswa: siswa aktif 84%, siswa sedang 14 %, dan siswa pasif 2%. Hasil evaluasi  rata-rata 76 dengan siswa tuntas 46 siswa tuntas dan 3 siswa belum tuntas.
           Berdasar hasil penelitian di atas  dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan media benda-benda terdekat dapat meningkatkan kemampuan menghitung perkalian, meningkiatkan aktivitas siswa,dan meningkatkan kerja sama siswa dalam menyelesaikan tugas kelompok. Pembelajaran menjadi menyengankan sehingga siswa tak mudah jenuh.     
D.   Pendahuluan
a.    Latar Belakang Masalah
Secara umum matematika merupakan pelajaran yang dianggap sulit dan tidak disukai oleh siswa. Hal ini sesuai dengan hasil angket siswa kelas III SD Negeri 2 Sukajaya, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis yang menyatakan bahwa 45 % siswa tidak menyukai pelajaran matematika dan merasa sulit untuk mengikutinya. Oleh karena itu hasil pembelajaran matematika tidak sesuai dengan yang diharapkan. Kondisi seperti ini dikemukakan pula oleh Mulyana (2001) bahwa nilai matematika berada pada posisi yang paling bawah, sehingga tidak heran kalau nilai matematika dipakai sebagai tolak ukur dari kecerdasan siswa.
1
 
Kalau dikaji lebih dalam, hal tersebut bukan merupakan kesalahan siswa semata tetapi dapat juga disebabkan oleh faktor guru itu sendiri sebagai pendidik. Kekurangan guru yang biasa dilakukan dalam kegiatan belajar mengajar adalah mengambil jalan pintas dalam pembelajaran, memberi hukuman tanpa melihat latar belakang kesalahan, menunggu siswa berbuat salah, mengabaikan perbedaan siswa, merasa paling pandai, tidak adil, memaksa hak siswa (Mulyasa, 2005:20). Namun menurut hasil pengamatan peneliti kesalahan yang biasa dilakukan guru dalam membelajarkan matematika di tempat peneliti hingga siswa cepat menjadi bosan  adalah: (1) dalam membelajarkan matematika guru hanya berpedoman pada buku pegangan, (2) penyampaian konsep sarat dengan hafalan-hafalan, (3) kegiatan pembelajaran masih monoton, (4) kurang memperhatikan keterampilan prasarat.
Keterampilan prasarat memang sangat diperlukan dalam pembelajaran, seperti yang dikemukakan Gagne (dalam Degeng, 1997:4) bahwa setiap mata pelajaran mempunyai prasarat belajar (learning prerequisites). Dalam hubungannya dengan pembelajaran matematika maka keterampilan prasarat yang harus dikuasai siswa umumnya adalah hitung dasar yang meliputi: penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Sebaik apa pun konsep matematika yang disampaikan oleh guru pada pembelajaran matematika, namun bila siswa tidak menguasai hitung dasar sebagai keterampilan prasaratnya maka hasil pembelajaran kurang memuaskan.
Berdasarkan hasil ulangan harian siswa kelas III SD Negeri 2 Sukajaya, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis  tahun pelajaran 2009/2010smester I tentang perkalian bersusun menunjukkan bahwa 20% siswa menguasai secara tuntas, 35% siswa agak menguasai, dan 45% kurang menguasai padahal dalam pembelajaran matematika sehari-hari guru sudah menjelaskan secara lisan, ditulis di papan tulis, memberi contoh, bahkan memberikan soal-soal latihan tentang perkalian bersusun, dan juga siswa sudah diberi kesempatan untuk bertanya ketika guru mengajar, namun sedikit sekali mereka yang mengajukan pertanyaan. Ketika guru balik bertanya hanya beberapa siswa yang  dapat menjawab pertanyaan guru dengan benar, itupun karena siswa tersebut  memang pandai di kelasnya. Dan bila diberi tes perkalian rata-rata hasilnya rendah.
         Rendahnya penguasaan kemampuan hitung perkalian kemungkinan besar dikarenakan guru kurang tepat dalam memilih cara atau media dalam pembelajaraan. Siswa kelas III  cara berpikirnya masih pada benda konkrit, sementara guru tidak memperhatikan hal tersebut sehingga dimungkinkan siswa mengalami kesulitan.
         Berdasarkan masalah di atas peneliti akan berupaya meningkatkan kemampuan menghitung perkalian dengan media benda-benda sekitar yang dekat dengan siswa antara lain dengan jari tangan dan kartu bilangan. Dengan menggunakan media tersebut diharapkan siswa dapat meningkatkan kemampuan hitung perkalian, lebih aktif, kreatif sehingga lebih banyak siswa yang mencapai ketuntasan yang telah ditentukan.
b.    Perumusan Masalah         
1.    Bagaimana langkah-langkah menggunakan media benda-benda terdekat agar dapat meningkatkan kemampuan menghitung siswa kelas III SD Negeri 2 Sukajaya, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis?
2.    Apakah penggunaan media benda-benda terdekat dapat meningkatkan kemampuan menghitung siswa kelas III SD Negeri 2 Sukajaya, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis?
c.    Tujuan Penelitian
Sesuai dengan pernyataan peneliti yang telah dirumuskan, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah meningkatkan kemampuan menghitung perkalian siswa kelas III SD Negeri 2 Sukajaya, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis, dengan menggunakan media benda-benda terdekat. Selain itu juga untuk mengetahui efektivitas penggunaan media benda-benda terdekat dalam rangka meningkatkan kemampuan siswa yang menjadi subjek penelitian.

d.    Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian tindakan kelas ini adalah:
1.    Bagi siswa penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan aktivitas belajar kerja sama, dan kemampuan menghitung perkalian.
2.    Bagi guru sebagai peneliti untuk meningkatkan profesionalisme dan        mendorong peneliti untuk melaksanakan penelitian serupa lebih lanjut.
3.    Bagi guru sejawat untuk memberikan motivasi serta referensi model-model pembelajaran yang positif.
4.    Dengan adanya guru-guru mengadakan penelitian tindakan kelas berarti pembelajaran di kelas lebih berkualitas sehingga terjadi perubahan positif.
e.    Kajian Teori
1.    Peranan Media Pembelajaran     
Pengertian media pendidikan menurut Aqip (2003:79) adalah segala sesuatu yang digunakan untuk menimbulkan kegiatan belajar mengajar yang memungkinkan siswa untuk memperoleh atau mencapai pengetahuan, keterampilan, dan perubahan sikap.Pengertian ini bukan merupakan satu-satunya pengertian yang paling tepat melainkan hanya merupakan salah satu jalan untuk mengambil konsensus dari adanya bermacam-macam istilah dan batasan. Di samping itu pengertian ini perlu dirumuskan dengan maksud terdapatnya suatu landasan berpijak yang menjadi titik berangkat guna  pembahasan lebih lanjut.
Media pendidikan mempunyai beberapa fungsi, yaitu fungsi sosial, fungsi edukafif, fungsi ekonomi, fungsi politik, dan fungsi budaya (Hamalik, 1980). Dalam hubungannya dengan fungsi edukatif media pendidikan mempunyai beberapa ciri yaitu:
1)    Media pendidikan identik artinya dengan alat peraga  yang berarti alat yang bisa diraba, dilihat, didengar, dan diamati oleh panca indra.
2)    Tekanan utama terdapat pada benda atau hal yang dapat didengar atau di lihat.
3)    Media pendidikan digunakan dalam rangka hubungan (komunikasi) dalam pengajaran antara guru dan murid.
4)    Media pendidikan adalah semacam alat bantu belajar mengajar, baik dalam kelas maupun di luar kelas.
5)    Media pendidikan mengandung aspek–aspek sebagai alat dan teknik yang  sangat erat hubungannya dengan metode mengajar.
Media merupakan alat bantu belajar dan mengajar. Alat ini hendaknya ada ketika dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan siswa dan guru yang menggunakannya. Agar kebutuhan yang beragam dari kurikulum dan siswa secara individu dapat terpenuhi, maka suatu variasi yang luas dan berjumlah besar memang diperlukan. Jika guru mengajar tanpa menggunakan atau dilengkapi dengan peralatan yang diperlukan (media) untuk melaksanakan tugasnya maka hasilnya akan kurang memuaskan dan tak dapat dipertanggungjawabkan.
Media pendidikan mempunyai dampak yang berarti bagi siswa dan citra diri mereka, jika media tersebut dipilih secara tepat dan ceramat dengan mempertimbangkan ciri-ciri media dan karakteristik siswa. Media pendidikan akan lebih efektif dan efisien penggunaannya jika guru sudah terlatih dan terbiasa menggunakannya.
Mengingat betapa penting peran media pendidikan dalam kegiaatan belajar mengajar maka dalam setiap pembelajaran hendaknya menggunakan media pendidikan. Media pendidikan yang baik hendaknya disesuaikan dengan karakter siswa dan juga dikenal oleh siswa. Media yang dikenal siswa adalah benda-benda terdekat atau di lingkungan  sekitar siswa.  
2.    Variasi Dalam Pembelajaran
Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitaan.Oleh karena itu untuk menciptakan pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan diperlukan berbagai keterampilan di antaranya adalah keterampilan pembelajaran atau keterampilan mengajar.
Keterampilan mengajar merupakan kompetensi profesional yang cukup kompleks, sebagai integrasi dari berbagai kompetensi guru secara utuh dan menyeluruh. Thurney (dalam Mulyasa:2005:69) mengemukakan 8 keterampilan mengajar yang sangat menentukan dalam kualitas pembelajaran, yaitu  keterampilan bertanya, keterampilan membuat penguatan, keterampilan mengadakan variasi, keterampilan menjelaskan, keterampilan membuka dan menutup pelajaraan,  keterampilan mengajar kelompok kecil, keterampilan mengelola kelas, dan keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil.
Untuk mengatasi kejenuhan dan kebosanan siswa agar selalu antusias, tekun, dan penuh partisipasi maka guru harus menguasai keterampilan variasi dalam pembelajaran. Variasi dalam pembelajaran adalah perubahan dalam proses kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajara siswa serta mengurangi kejenuhan dan kebosanan.Variasi dalam pembelajaran bertujuan untuk:
1.      Meningkatkan perhatian siswa terhadap materi pembelajaran.
2.      Memberikan kesempatan bagi perkembangan bakat siswa terhadap berbagai hal baru dalam pembelajaraan.
3.      Memupuk perilaku positif siswa dalam pembelajaran.
4.      Memberi kesempatan pada siswa untuk belajar sesuai dengan tingkat dan kemampuannya.
Variasi dalam pembelajaraan dapat dikelompokkan menjadi empat bagian, yaitu  variasi dalam mengajar, variasi dalam menggunakan media dan sumber belajar, variasi dalam pola interaksi, dan  variasi dalam kegiaran (Mulyasa, 2005:79).     
Dalam penggunaan media dan sumber belajar dapat dilakukan sebagai berikut.
1.      Variasi alat dan bahan yang dapat dilihat.
2.      Variasi alat dan bahan yang dapat di dengar.
3.      Variasi alat dan bahan yang dapat raba.
4.      Variasi penggunaan sumber belajar yang ada di lingkungan sekitar.
Dalam pembelajaran matematika khususnya tentang perkalian pada pokok bahasan menghafal perkalian sampai bilangan tiga angka biasanya disajikan dengan cara siswa menghafal perkalian sampai bilangan tiga angka, kemudian kalau sudah hafal mereka melaporkannya dengan menyebutkan perkalian sampai bilangan tiga angka di depan kelas. Hal tersebut berdampak pada siswa mudah bosan dan jenuh. Begitu pula faktor keberhasilannya relatif kecil. Seandainya mereka berhasil hafal itupun mudah lupa kembali. Itu semua dapat terjadi karena guru kurang dapat menggunakan variasi dalam pembelajaran
Sebenarnya banyak alternatif media yang dapat digunakan dalam pembelajaran perkalian, salah satunya adalah menggunakan media belajar yang ada di sekitar siswa. Sehubungan dengan hal tersebut Puspita (2003:1) mengemukakan adanya “ Kalkulator Jari” yaitu pola hitung perkalian dengan memnggunakan jari.
Pada dasarnya perkalian dengan menggunakan jari ini  disajikan dalam tiga tahap yaitu perkalian dengan penjumlahan berulang atau kelipatan, perkalian dengan faktor 6 sampai dengan 10, dan perkalian dengan faktor bilanagan 11 dan seterusnya. 
E.   Metodologi Penelitian
a.    Pendekatan dan Jenis Penelitian
Berdasar pada latar belakang penelitian , maka pendekatan penelitian ini adalahpendekatan penelitian kualitatif. Pendekatan kualitatif mempunyai karakteristik sebagaimana dilakukan oleh Sugiono (dalam  Harmini:2004:21), antara lain (1) kondisi objek alamiah, (2) peneliti sebagai objek utama, (3) kaya akan data yang bersifat deskriptif keadaan, (4) analisis dilakukan secara induktif (dari contoh ke kesimpulan atau dari khusus ke umum) dan berlangsung sejak di mulai sampai pengumpulan data selesai, (5) pengumpulan data dilakukan secara simultan atau berkesinambungan, baik dalam hal metode, sumber, dan pengumpulan data.
Pendekatan kualitatif dalam penelitian ini digunakan untuk menelusuri dan mendapatkan gambaran secara jelas tentang fenomena yang tampak selama pembelajaran berlangsung. Fenomena yang dimaksud adalah situasi kelas dan tingkah laku siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
b.    Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (action reseach) karena penelitian ini dilakukan untuk memecahkan masalah di kelas dan dilakukan sesuai dengan langkah – langkah pada penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas dilakukan dengan diawali oleh suatu kajian terhadap suatu masalah secara sistematis. Hasil kajian digunakan sebagai dasar untuk mengatasi masalah. Dalam proses perencanaan yang telah disusun dilakukan observasi dan evaluasi yang hasilnya dipahami sebagai masukan untuk melakukan refleksi atas apa yang terjadi pada tahapan perencanaan. Tahapan-tahapan di atas dilakukan berulang-ulang dan bersinambungan sampai suatu kualitas keberhasilan tertentu dapat tercapai (Wibawa, 2004:4).
Dalam penelitian ini guru bekerjasama dengan mitra kalaborasi, yaitu guru kelas III  dan teman sejawat. Hal ini dimaksudkan agar konsentrasi guru dalam mengajar tidak terbelah oleh hal-hal lain. Dengan cara ini diharapkan akan didapatkan data yang seobjetif mungkin demi kevalidan data yang diperlukan.

c.    Tempat, Waktu, dan Subjek Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 2 Sukajaya, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis. Alasan pemilihan lokasi ini adalah peneliti mengajar di SD tersebut dan lokasi SD ini berada di tengah kota Kecamatan Tanggulangin. Penelitian ini dilaksanakan mulai September sampai bulan November tahun 2006 smester I, pada kelas III SD Negeri 2 Sukajaya, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis  dengan jumlah siswa 49 anak yang terdiri atas 24 siswa putra dan 25 siswa putri.
d.    Data dan Sumber Data
Data yang diperoleh diambil dari hasil kegiatan yang berhubungan dengan pembelajaran matematika hitung perkalian dan pembagian pada siswa kelas III SD Negeri 2 Sukajaya, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis. Adapun data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah: (1) data dari angket siswa, pengamatan peneliti terhadap hasil pembelajaran matematika, dan dari hasil wawancara peneliti dengan guru kelas III, (2) dari hasil catatan perilaku siswa selama pembelajaran berlangsung, (3) dari hasil belajar siswa melalui tes yang dilakukan selama proses pembelajaran perkalian dan pembagian.
e.    Prosedur Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data dilakukan berdasarkan bentuk data yang ingin diperoleh. Untuk mengetahui kemampuan menghitung perkalian dilakukan dengan tes hasil belajar dalam bentuk skor. Sedangkan data tentang sikap dan perilaku serta tanggapan siswa selama pembelajaran perkalian dilakukan melalui pengamatan pada subjek penelitian.
Data mengenai pelaksanaan pembelajaran dalam kelas diperoleh melalui catatan lapangan dan wawancara. Oleh karena itu peneliti mempunyai tugas rangkap yaitu sambil mengajar guru juga mengumpulkan data. Maka untuk memperoleh data yang akurat,  dalam mendapatkan data guru bekerja sama dengan guru kelas III  dan teman sejawat untuk melakukan pengamatan. Selanjutnya dari hasil pengamatan didiskusikan bersama. Hasil dari diskusi akan digunakan sebagai pedoman untuk menentukan refleksi dalam melakukan tindakan selanjutnya. Pemberian tindakan ini dilakukan berulang-ulang (siklus) agar dapat diambil kesimpulan yang sesuai dengan fokus penelitian.

f.     TeknikAnalisis Data
Memperhatikan jenis data yang dikumpulkan, ada dua teknik yang digunakan   dalam penelitian ini, yaitu analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis  kuantitatif digunakan terhadap hasil tes sedangkan analisis kualitatif digunakan dalam data kualitatif yang diperoleh dari hasil pengamatan terhadap guru, siswa, atau hal-ahal lain yang tampak selama penelitian ini.
Demikian juga aktivitas dan kerja sama dengan kelompok dalam pembelajaran juga didasarkan pada indikator yang muncul. Kemudian dari hasil catatan lapangan yang dilengkapi dengan hasil observasi, wawancara, dan dari hasil angket siswa dilakukan analisis bersama guru kelas III  dan teman sejawat, kemudian ditafsirkan berdasarkan kajian pustaka dan pengalaman guru. Sedangkan kemampuan menghitung perkalian dianalisis berdasarkan rata-rata perolehan hasil evaluasi dengan rumus:
                     M =    Σ    fX                          Σ   FX  = jumlah nilai siswa
                                    N                           N       = jumlah siswa  
                                                                  M      = rata-rata (mean)
Pembelajaran hitung perkalian  dianggap tuntas bila perolehan hasil evaluasi siswa rata-rata hasil hitungan > 70, dan siswa dianggap tuntas dalam penguasaan hitung perkalian bila memperoleh nilai baik yaitu 70.
Keterangan :
90   -   100  = sangat baik                                   30   -   49  = kurang
70   -   89    = baik                                         0    -   29  = kurang sekali
50   -   69    = cukup         
F.    Hasil Penelitian dan Pembahasan
a.    Deskripsi Hasil Penelitian Siklus-1
Siklus 1 diawali dengan menyusun rencana tindakan berdasarkan hasil refleksi awal. Langkah selanjutnya, melaksanakan tindakan siklus 1, sesuai dengan rencana. Untuk mengetahui implementasi pelaksanaan tindakan siklus 1, dilakukan pengamatan oleh teman sejawat. Untuk kemudian data hasil pengamatan ini dianalisis dan direfleksi secara kolaborasi. Adapun hasil analisis dan refleksi tersebut, sebagai berikut.
1)    Pemberian nomor dada sebagai nomor urut absen pada siswa dipergunakan untuk mempermudah guru serta teman sejawat untuk melakukan kegiatan.
2)    Pada pemberian soal penjajagan, siswa yang siap menjawab pertanyaan 12 anak pada pertanyaan pertama. Pada pertanyaan kedua 10 anak, dan pada pertanyaan ketiga dan keempat rata-rata 17 anak. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan hitung perkalian dan pembagian masih rendah yaitu 27,5%.
3)    Pada saat permainan berlangsung siswa mendapat pengalaman baru yaitu belajarmatematika sambil bermain. Oleh karena itu mereka tampak bersemangat dalam mengikuti permainan. Adapun siswa dengan nomor absen 1,2,5,6,9, dan 44, kurang dapat mengikuti permainan. Dari hasil wawancara dengan guru kelas III diketahui bahwa siswa-siswa tersebut merupakan siswa yang terbelakang. Oleh karena itu ketika peneliti yang saat itu bertindak sebagai guru melakukan wawancara gengan mereka menganjurkan bahwa untuk mempermudah melakukan permainan tersebut maka kesepuluh jari itu diberi tulisan angka sesuai dengan kelipatan pada permainan, kemudian dibaca berulang-ulang.
4)    Makin tinggi kelipatan pada permainan jari, makin tinggi pula tingkat kesulitannya. Hal ini merupakan suatu kelemahan dari pembelajaran ini. Untuk itu guru sudah mengantisipasi dengan hanya menggunakan lima jari ketika bermain lompat jari dengan kelipatan 6 sampai dengan 10. Untuk bilangan tersebut akan dilanjutkan pada tindakan siklus kedua.
5)    Ruang kelas tempat peneliti melakukan pembelajaran berukuran 6 m x 7m, dengan kapasitas siswa yang berjumlah 49 siswa maka tampak siswa agak berjubel sehingga guru kerang bebas bergerak. Oleh karena itu kelompok yang berada di belakang kurang mendapat kunjungan. Namun itu menjadi catatan bagi peneliti untuk tindakan pada siklus selanjutnya.
6)    Saat kegiatan berlangsung siswa nomor absen 7 tampak sibuk dengan kegiatan sendiri. Menurut guru kelas III  siswa ini memang selalu ingin diperhatikan. Bahkan biasanya siswa ini selalu keluar dari tempat duduk berjalan mondar-mandir. Namun setelah diberi kesempatan untuk memperagakan permainan ke depan, ia mulai aktif mengikuti kegiatan.
7)    Ketika kerja kelompok berlangsung siswa tampak aktif, semua terlibat dalam kerja kelompok. Untuk siswa bernomor absen 2,5, dan 9, tampak kurang percaya diri. Dengan demikian untuk tindakan pada siklus selanjutnya hal seperti ini dapat diperkecil, bahkan dihilangkan.
8)    Seusai permainan jari serta penerapannya pada perkalian dan pembagian terdapat kemajuan sikap dan kemampuan siswa dalam hitung perkalian dan pembagian, hingga guru kesulitan menunjuk siswa untuk menjawab pertanyaan yang diajukan setelah permainan, karena  siswa yang siap menjawab 32 anak yang berarti ketuntasan aktivitas siswa  64 %. Namun hal ini perlu ditingkatkan pada tindakan selanjutnya.
9)    Pada kegiatan kerja kelompok kedua yaitu menyusun kartu bilangan dalam pembagian, kemudian menuliskan pada lembar kerja dan menyelesaikan dengan berdiskusi waktu yang dibutuhkan lebih singkat dari kegiataan kerja kelompok yang pertama. Hal ini menunjukkan bahwa kooperatif siswa serta kemampuan hitung perkalian dan pembagian meningkat.
10) Ketelitian siswa tampak  saat melaporkan hasil kerja kelompok, siswa mampu menanggapi hasil kerja kelompok yang kurang tepat. Namun itu baru beberapa siswa. Selanjutnya diharapkan ketelitian ini juga dikuasai oleh siswa-siswa yang lain.
11) Terdapat peningkatan kedisiplinan, hal ini tampak ketika pengumpulan hasil evaluasi. Saat waktu dinyatakan habis siswa langsung mengumpulkan dengan tertib. Hal ini berbeda dengan pengumpulan soal penjajagan pada awal pembelajaran.
12) Saat akhir pembelajaran siswa merasa senang. Mereka ingin pembelajaran matematika selanjutnya menggunakan model pembelajaran yang seperti ini. Hal ini diungkapkan pada akhir pembelajaran siswa menanyakan kapan peneliti mengajar dengan cara ini lagi.
13) Secara keseluruha hasil observasi teman sejawat pada siklus pertama adalah: (1) dalam hal aktivitas, siswa aktif 58 %, siswa sedang 30 %, dan siswa pasif 12 %, (2) dalam kerja sama (kooperatif), siswa aktif 62 %, siswa sedang 28%, dan siswa pasif 10 %, (3) sedangkan dari hasil evaluasi penguasaan hitung perkalian dan pembagian sampai bilangan mencapai rata-rata 68, dengan 33 siswa tuntas pembelajaran hitung perkalian dan 16 siswa belum tuntas.     
Melihat paparan data di atas, dengan nilai rata-rata hasil evaluasi tindakan siklus-1 adalah 68, maka ketuntasan belajar tentang hitung perkalian belum tercapai. Begitu pula tentang aktivitas pembelajaran dan kerja sama siswa dalam menyelesaikan tugas kelompok masih perlu ditingkatkan, dan masih tampak siswa yang tidak aktif serta siswa kurang dapat mengikuti kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu tindakan pembelajaran masih perlu diteruskan pada siklus selanjutnya.  
b.    Deskripsi Hasil Penelitian Siklus-2
Tidak berbeda jauh dengan proses tindakan siklus 1, pada siklus 2 pun menempuh tahapan yang sama, yakni diawali dengan menyusun rencana tindakan berdasarkan hasil refleksi siklus 1, melaksanakan tindakan siklus 2 sesuai dengan rencana, mengamati pelaksanaan tindakan, dan analisis serta refleksi. Berdasarkan hasil analisis dan refleksi tersebut dapat diketahui tingkat keberhasilan pelaksanaan tindakan siklus 2, yakni sebagai berikut.
1)    Berdasarkan pertanyaan yang diajukan oleh guru pada abservasi, siswa-siswa  yang kurang aktif atau lambat, sudah dapat menjawab kecuali siswa No.1. Faktor penyebabnya memang yang bersangkutan kurang belajar dengan baik.
2)    Saat mengumpulkan lembar soal penjajagan siswa mengumpulkan dengan rapi dan tertib, hal ini menunjukkan kedisiplinan siswa sudah dapat dijaga.
3)    Semangat belajar dan aktivitas siswa makin tinggi, hingga saat memperagakan permainan perkalian jari semua berebut ke depan.
4)    Saat mengerjakan tugas kelompok, masing-masing kelompok menyelesaikan dengan cara yang berbeda-beda. Hal ini menunjukkan bahwa pada tindakan siklus-2 ini kreativitas siswa mulai tampak.
5)    Keberanian dan ketelitian siswa semakin tinggi. Hal ini sesuai dengan hasil observasi, yakni beberapa siswa dapat menunjukkan dan membenahi hasil kerja kelompok lain.
6)    Secara keseluruhan dari hasil observasi teman sejawat pada siklus-2 ini serta hasil angket dan wawancara adalah (1) aktivitas siswa;  siswa aktif 78%, siswa sedang 18%, dan siswa pasif 4%, (2) kooperatif siswa; siswa aktif 84%, siswa sedang 14%, dan siswa pasif 2%, (3) hasil evaluasi menunjukkan rata-rata kemampuan hitung perkalian siswa 76%, dengan 46 siswa tuntas dalam pembelajaran hitung perkalian dan pembagian 3 siswa belum tuntas.
Berdasarkan paparan data hasil analisis pada tindakan siklus-2 di atas menunjukkan bahwa aktivitas siwa dalam pembelajaran menunjukkan peningkatan. Begitu pula kerja sama siswa dalam menyelesaikan kerja kelompok juga mengalami peingkatan. Apabila dibandingkan dengan target ketuntasan kemampuan hitung perkalian dengan rata-rata 70, maka pembelajaran hitung perkalian dengan menggunakan media benda-benda terdekat dikatakan selesai.
Sedangkan untuk ketiga siswa yang belum mencapai ketuntasan dalam pembelajaran hitung perkalian ini menurut guru kelas III  memang ada masalah, yakni kurang bersungguh-sungguh dalam belajar. Menurut hasil diskusi peneliti dan teman sejawat untuk menindaklanjuti kedua siswa tersebut butuh waktu yang panjang. Oleh karena itu untuk selanjutnya akan ditangani sendiri oleh guru kelas III.



c.    Pembahasan
1.    Kemampuan Hitung Siswa Kelas III
Berdasarkan analisa hasil observasi hasil tindakan siklus-1 dengan bahasan  menghafal perkalian dan pembagian sampai dengan bilangan 100, pada pertanyaan penjajagan menunjukkan penguasaan materi sebelum tindakan dilaksanakan 31% dan setelah tindakan dilaksanakan 68%. Pada tindakan siklus-2  dengan bahasan menghitung perkalian dengan cara bersusun, menunjukkan sebelum tindakan dilaksanakan penguasaan materi siswa tentang perkalian bersusun menurut hasil pertanyaan penjajagan sebesar 48% sedangkan setelah tindakan berlangsung menunjukkan 76%. Dengan target kemampuan hitung perkalian 70 % maka hal ini menunjukkan bahwa pembahasan tentang perkalian dengan menggunakan media benda-benda terdekat dapat meningkatkan kemampuan hitung perkalian.
2.    Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran
Dari hasi observasi peneliti pada pembelajaran matematika  dengtan bahasan membulatkan hasil operasi hitung dalam satuan, puluhan, dan ratusan terdekat yang disampaikan oleh guru kelas III, siswa tampak pasif, takut bertanya, dan kurang percaya diri serta perhatian mereka kecil sekali. Juga pada awal tindakan siklus-1, tampak siswa takut menjawab dan memperagakan ke depan hingga guru mengulang kegiatan awal permainan siklus-1. Namun setelah setelah permainan selesai pada siklus pertama, aktivitas siswa meningkat, siswa menjadi semangat. Hal tersebut tampak ketika memperagakan permainan lompat jari mulai awal kelipatan dua dan seterusnya, siswa berebut untuk memperagakan ke depan. Begitu pula pertanyaan demi pertanyaan yang disampaikan oleh guru, ditanggapi secara aktif oleh siswa dengan hampir seluruh siswa siap menjawab pertanyaan tersebut. Menurut hasil observasi guru kelas III dan teman sejawat, aktivitas siswa pada tindakan siklus-1 menunjukkan: siswa aktif 54 %, siswa sedang 32 %, dan siswa pasif 14%. Sedangkan pada tindakan siklus-2, siswa aktif78%, siswa swdang 18 %, dan siswa pasif 4%. Dengan demikian berdasarkan hasil analisis data di atas dapat dikatakan bahwa pembelajaran hitung perkalian dengan media benda-benda terdekat dapat meningkatkan aktivitas belajar.
3.  Kooperatif dalam Menyelesaikan Kerja Kelompok
Berdasarkan hasil observasi peneliti pada pembelajaran matematika yang disajikan oleh guru kelas III, siswa tampak tidak semangat, terkesan takut, apa lagi ketika menyelesaikan tugas dari guru baik perorangan maupun kelompok, sebagian besar mereka bergantung kepada teman, terutama teman sebangku. Hal ini menunjukkan bahwa interaksi antar siswa dan kerja sapa dalam kelompok belum terbentuk. Dari hasil pengamatan guru kelas III dan teman sejawat saat peneliti melaksanakan tindakan pada siklus-1 menunjukkan bahwa saat menyelesaikan tugas kelompok, siswa menyelesaika bersama, berpikir bersama, dan memecahkan masalah bersama. Hal tersebut tampak sekali saat memasangkan kartu-kartu bilangan ke dalam bentuk perkalian dan pembagian, mereka terlibat dalam diskusi mencari pasangan yang mudah untuk diselesaikan. Begitu juga pada tindakan siklus-2, mereka berkerja sama seolah sudah tidak ada pembatas antara yang cepat belajar dan yang lambat belajar. Secara rinci hasil analisis dari observasi pada tindakan siklus-1 sebagai berikut: siswa aktif 62%, siswa sedang 28%, dan siswa pasif 10%. Sedangkan pada tindakan siklus-2 siswa aktif 78%, siswa sedang 14% dan siswa pasif 2%. Berdasarkan analisis data hasil observasi tindakan siklus-1 dan siklus-2 serta hasil obsevasi peneliti pada pembelajaran yang disampaikan, keja sama pada kelompok dikatakan berhasil. Artinya, dengan menggunakan media benda-benda terdekat dalam menyelesaikan tugas bersama pembelajaran matematika tentang hitung perkalian dapat mempertingi kerjasama dan interaksi antar siswa.
4.    Hal-hal yang ditemukan dalam observasi tindakan siklus-1 dan siklus-2:
1)    Motivasi semangat belajar siswa semakin tinggi, tampak saat permaina yang  dilaksanakan pada tindakan siklus-1 dan siklus-2 siswa berebut untuk memperagakan permainan ke depan.
2)    Kedisiplinan siswa dalam mengikuti aturan semakin tinggi. Hal ini dapat dilihat saat siswa mengumpulkan lembar jawaban pada pertanyaan penjajagan, siswa tampak tak teratur dan memakan waktu yang panjang, tetapi saat mengumpulkan lembar jawaban evaluasi baik pada siklus-1 atau siklus-2 siswa tampak tertib.
3)    Selesai tindakan siklus-1 siswa bertanya kapan peneliti akan mengajar lagi di kelas III. Hal ini menunjukkan bahwa siswa senang akan pembelajaran yang dibawakan oleh peneliti. Hasil angket juga mendukung hal yang sama, rata-rata siswa senang akan pembelajaran maatematika yang dibawakan oleh peneliti.
(1)  Kreativitas siswa juga tampak saat menyelesaikan kerja kelompok. Masing-masing kelompok menggunakan cara masing-masing untuk memecahkan masalah. Ada yang menggunakan pembagian tugas dan ada yang menyelesaikan bersama soal demi soal.
G.   Simpulan dan Saran
a.    Simpulan
1.       Pembelajaran hitung perkalian dengan menggunakan media benda-benda terdekat dilaksanakan dengan urutan: (1) apersepsi yang dapat berupa pertanyaan untuk membawa siswa menuju mareri atau pertanyaan penjajagan materi, (2) permainan jari, yang dalam hal ini pada siklus pertama dengan permainan lompat jari dan siklus kedua dengan permainan perkalian jari, (3) penerapan permainan pada perkalian, (4) kerja kelompok, dan (5) evaluasi.
2.       Pembelajaran hitung perkalian pada pelajaran matematika dengan menggunakan media benda-benda terdekat meningkatkan aktivitas pembelajaran, mempertinggi interaksi antar siswa dan keja sama kelompok, serta meningkatkan pemahaman siswa terhadap perkalian dan pembagian sehingga kemampuan hitung siswa semakin tinggi.
3.       Pembelajaran matematika dengan media benda-benda terdekat memacu keberanian siswa sehingga dengan sendirinya rasa minder dan takut bagi siswa tertentu akan hilang, memotivasi siswa untuk lebih aktif dalam pembelajaraan, sehingga pembelajaran semakin hidup, dan memberikan kebebasan pada siswa untuk berkreasi dalam menyelesaikan tugas kelompok. 
b.    Saran-Saran
Sesuai dengan hasil penelitian maka sebagai tindak lanjut dan kesempurnaan maka dikemukakan saran-saran sebagai berikut.
1.    Dalam melaksanakan pembelajaran hendaknya guru mempersiapkan segala sesuatunya seperti:  rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), lembar kerja, alat evaluasi, dan peralatan yang diperalukan.
2.    Untuk meningkatkan kemampuan hitung perkalian, aktivitas, dan kreativitas dalam pembelajaran, hendaknya guru menggunakan model pembelajaran yang menarik dan menggunakan media yang sesuai, misalnya media benda-benda terdekat seperti kartu bilangan dan jari tangan.
3.    Untuk penelitian selanjutnya hendaknya diadakan perbaikan-perbaikan dan penyempurnaan sehingga diperoleh hasil yang lebih baik.
H.   Sumber Rujukan
Aqip, Zainal. 2003. Karya Tulis Ilmiah Bandung: Yrama Widya.
AZ, Mulyana. 2001. Rahasia Matematika. Surabaya: Edutama Mulya.
Degeng, Nyoman Sudana.1997. Strategi Pembelajaran. Malang: Ikip    Malang.
Depdikbud. 2004. Kurikulum Pendidikan Dasar, Garis-garis ProgramPengajaran (GBPP). Jakarta: Depdikbud.
Hamalik, Umar. 1982. Media Pendidikan. Bandung: Alumni.
Harmini,Sri. 2004. Model Bermain Sebagai Upaya Meningkatkan Pemahaman Siswa Terhadap Operasi Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan CacahDi Kelas III SD. Hasil Penelitian, tidak diterbitkan : Universitas Malang.
Kamisa. 1997. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Kartika.
Mulyasa, E. 2005. Menjadi Guru Profesional. Jakarta: Remaja Rosda Karya.
Puspita. 2004. Aneka Berhitung Cepat, tidak diterbitkan. Bandung: Dipakai    untuk Kalangan Sendiri.
Wibawa, Basuki. 2000. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Direktorat Tenaga Kependidikan.   

1 komentar: