A. Judul
Upaya Meningkatkan Kemampuan Siswa Kelas III SD
Negeri 2 Sukajaya dalam Pembelajaran Matematika Melalui Penggunaan Media-Media
Terdekat
B. Penulis
Nama :
Jumnati, S.Pd.SD.
Jabatan :
Guru Kelas IIISD Negeri 2 Sukajaya
No. Hp :
081322939383
C. Abstrak
dan Kata Kunci
ABSTRAK
Kata-kata Kunci: perkalian, benda-benda
terdekat, pembelajaran matematika SD
Berdasarkan hasil ulangan harian pelajaran matematika tentang perkalian
bersusun menunjukkan bahwa pembelajaran kurang berhasil. Pada hal menurut
informasi guru tersebut dalam pembelajaran sehari-hari sudah dijelaskan secara
lisan, sudah diberi contoh-contoh, dan bahkan sudah diberai soal-soal latihan
dan memberi kesempatan pada siswa untuk
bertanya, namun mereka tak memanfaatkan kesempatan tersebut.
Rendahnya penguasaan kemampuan menghitung
perkalian dalam pe,belajaran tersebut dikarenakan kurang tepatnya model
pembelajaran dan media yang digunakannya. Sehingga siswa menjadi tidak aktif,
mudah bosan, dan kurang memperhatikan penjelasan guru. Oleh karena itu untuk
meningkatkan kemampuan menghitung perkalian
diperlukan model pembelajaran dengan media yang tepat. Salah satunya
adalah model pembelajaran dengan menggunakan media benda-benda terdekat.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan menghitung
perkalian siswa kelas III SD Negeri 2 Sukajaya. Lokasi penelitian ini
di SD Negeri 2 Sukajaya Kec. Cimerak, Kab. Ciamis dengan Jumlah siswa 49 anak, 25
anak Siswa putri dan 24 anak siswa putra. Data dalam penelitian ini diperoleh
dari hasil wawancara,angket, hasil observasi tindakan, dan hasil evaluasi.
Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus dilakukan berdasar
tahapan: (1) menyusun rencana kegiatan, (2) melaksanakan tindakan,(3)
observasi, dan (4) analisis yang dilanjutkan dengan refleksi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa menurut hasil observasi peneliti pada
pra tindakan adalah dalam pembelajaran siswa kurang aktif, mudah jenuh, dan
perhatin siswa pada penjelasan guru sangat kecil. Pada tindakan siklus-1
penguasaan materi sebelum pembelajaran diberikan 31%, setelah kegiatan
berlangsung aktivitan siswa menunjukkan: siswa aktif 58%, siswa sedang 30% ,
dan siswa pasif 12%. Kerja sama siswa: siswa aktif 62%, siswa sedang 28%, dan
siswa pasif 10%. Sedangkan hasil evaluasi rata-rata 68 dengan siswa tuntas 33
siswa dan belum tuntas 16 siswa. Hasi tindakan pada siklus-2 penguasan materi
sebelun tindakan 48%. Setelah tindakan dilakukan aktivitas siswa: siswa
aktif78%, siswa sedang 18% dan siswa pasif 4%. Kerja sama siswa: siswa aktif
84%, siswa sedang 14 %, dan siswa pasif 2%. Hasil evaluasi rata-rata 76 dengan siswa tuntas 46 siswa
tuntas dan 3 siswa belum tuntas.
Berdasar hasil penelitian di atas
dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan media benda-benda terdekat
dapat meningkatkan kemampuan menghitung perkalian, meningkiatkan aktivitas
siswa,dan meningkatkan kerja sama siswa dalam menyelesaikan tugas kelompok.
Pembelajaran menjadi menyengankan sehingga siswa tak mudah jenuh.
D. Pendahuluan
a. Latar
Belakang Masalah
Secara umum matematika merupakan
pelajaran yang dianggap sulit dan tidak disukai oleh siswa. Hal ini sesuai
dengan hasil angket siswa kelas III SD Negeri 2 Sukajaya, Kecamatan Cimerak,
Kabupaten Ciamis yang menyatakan bahwa 45 % siswa tidak menyukai pelajaran
matematika dan merasa sulit untuk mengikutinya. Oleh karena itu hasil
pembelajaran matematika tidak sesuai dengan yang diharapkan. Kondisi seperti
ini dikemukakan pula oleh Mulyana (2001) bahwa nilai matematika berada pada posisi
yang paling bawah, sehingga tidak heran kalau nilai matematika dipakai sebagai
tolak ukur dari kecerdasan siswa.
|
Keterampilan prasarat memang
sangat diperlukan dalam pembelajaran, seperti yang dikemukakan Gagne (dalam
Degeng, 1997:4) bahwa setiap mata pelajaran mempunyai prasarat belajar (learning
prerequisites). Dalam hubungannya dengan pembelajaran matematika maka
keterampilan prasarat yang harus dikuasai siswa umumnya adalah hitung dasar
yang meliputi: penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Sebaik apa
pun konsep matematika yang disampaikan oleh guru pada pembelajaran matematika,
namun bila siswa tidak menguasai hitung dasar sebagai keterampilan prasaratnya
maka hasil pembelajaran kurang memuaskan.
Berdasarkan hasil ulangan harian
siswa kelas III SD Negeri 2 Sukajaya, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis tahun pelajaran 2009/2010smester I tentang
perkalian bersusun menunjukkan bahwa 20% siswa menguasai secara tuntas, 35%
siswa agak menguasai, dan 45% kurang menguasai padahal dalam pembelajaran
matematika sehari-hari guru sudah menjelaskan secara lisan, ditulis di papan
tulis, memberi contoh, bahkan memberikan soal-soal latihan tentang perkalian
bersusun, dan juga siswa sudah diberi kesempatan untuk bertanya ketika guru
mengajar, namun sedikit sekali mereka yang mengajukan pertanyaan. Ketika guru
balik bertanya hanya beberapa siswa yang
dapat menjawab pertanyaan guru dengan benar, itupun karena siswa tersebut memang pandai di kelasnya. Dan bila diberi
tes perkalian rata-rata hasilnya rendah.
Rendahnya penguasaan kemampuan hitung
perkalian kemungkinan besar dikarenakan guru kurang tepat dalam memilih cara
atau media dalam pembelajaraan. Siswa kelas III
cara berpikirnya masih pada benda konkrit, sementara guru tidak
memperhatikan hal tersebut sehingga dimungkinkan siswa mengalami kesulitan.
Berdasarkan masalah di atas peneliti
akan berupaya meningkatkan kemampuan menghitung perkalian dengan media
benda-benda sekitar yang dekat dengan siswa antara lain dengan jari tangan dan
kartu bilangan. Dengan menggunakan media tersebut diharapkan siswa dapat
meningkatkan kemampuan hitung perkalian, lebih aktif, kreatif sehingga lebih
banyak siswa yang mencapai ketuntasan yang telah ditentukan.
b. Perumusan
Masalah
1. Bagaimana
langkah-langkah menggunakan media benda-benda terdekat agar dapat meningkatkan
kemampuan menghitung siswa kelas III SD Negeri 2 Sukajaya, Kecamatan Cimerak,
Kabupaten Ciamis?
2. Apakah
penggunaan media benda-benda terdekat dapat meningkatkan kemampuan menghitung
siswa kelas III SD Negeri 2 Sukajaya, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis?
c. Tujuan
Penelitian
Sesuai
dengan pernyataan peneliti yang telah dirumuskan, tujuan yang ingin dicapai
dalam penelitian ini adalah meningkatkan kemampuan menghitung perkalian siswa
kelas III SD Negeri 2 Sukajaya, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis, dengan
menggunakan media benda-benda terdekat. Selain itu juga untuk mengetahui
efektivitas penggunaan media benda-benda terdekat dalam rangka meningkatkan
kemampuan siswa yang menjadi subjek penelitian.
d. Manfaat
Penelitian
Adapun
manfaat penelitian tindakan kelas ini adalah:
1. Bagi
siswa penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan aktivitas belajar kerja sama,
dan kemampuan menghitung perkalian.
2. Bagi
guru sebagai peneliti untuk meningkatkan profesionalisme dan mendorong peneliti untuk melaksanakan
penelitian serupa lebih lanjut.
3. Bagi
guru sejawat untuk memberikan motivasi serta referensi model-model pembelajaran
yang positif.
4. Dengan
adanya guru-guru mengadakan penelitian tindakan kelas berarti pembelajaran di
kelas lebih berkualitas sehingga terjadi perubahan positif.
e. Kajian Teori
1.
Peranan Media
Pembelajaran
Pengertian
media pendidikan menurut Aqip (2003:79) adalah segala sesuatu yang digunakan
untuk menimbulkan kegiatan belajar mengajar yang memungkinkan siswa untuk
memperoleh atau mencapai pengetahuan, keterampilan, dan perubahan
sikap.Pengertian ini bukan merupakan satu-satunya pengertian yang paling tepat
melainkan hanya merupakan salah satu jalan untuk mengambil konsensus dari
adanya bermacam-macam istilah dan batasan. Di samping itu pengertian ini perlu
dirumuskan dengan maksud terdapatnya suatu landasan berpijak yang menjadi titik
berangkat guna pembahasan lebih lanjut.
Media
pendidikan mempunyai beberapa fungsi, yaitu fungsi sosial, fungsi edukafif,
fungsi ekonomi, fungsi politik, dan fungsi budaya (Hamalik, 1980). Dalam
hubungannya dengan fungsi edukatif media pendidikan mempunyai beberapa ciri
yaitu:
1)
Media pendidikan identik
artinya dengan alat peraga yang berarti
alat yang bisa diraba, dilihat, didengar, dan diamati oleh panca indra.
2)
Tekanan utama terdapat pada
benda atau hal yang dapat didengar atau di lihat.
3) Media
pendidikan digunakan dalam rangka hubungan (komunikasi) dalam pengajaran antara
guru dan murid.
4) Media
pendidikan adalah semacam alat bantu belajar mengajar, baik dalam kelas maupun
di luar kelas.
5) Media
pendidikan mengandung aspek–aspek sebagai alat dan teknik yang sangat erat hubungannya dengan metode
mengajar.
Media
merupakan alat bantu belajar dan mengajar. Alat ini hendaknya ada ketika
dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan siswa dan guru yang menggunakannya. Agar
kebutuhan yang beragam dari kurikulum dan siswa secara individu dapat
terpenuhi, maka suatu variasi yang luas dan berjumlah besar memang diperlukan.
Jika guru mengajar tanpa menggunakan atau dilengkapi dengan peralatan yang
diperlukan (media) untuk melaksanakan tugasnya maka hasilnya akan kurang
memuaskan dan tak dapat dipertanggungjawabkan.
Media
pendidikan mempunyai dampak yang berarti bagi siswa dan citra diri mereka, jika
media tersebut dipilih secara tepat dan ceramat dengan mempertimbangkan
ciri-ciri media dan karakteristik siswa. Media pendidikan akan lebih efektif
dan efisien penggunaannya jika guru sudah terlatih dan terbiasa menggunakannya.
Mengingat
betapa penting peran media pendidikan dalam kegiaatan belajar mengajar maka
dalam setiap pembelajaran hendaknya menggunakan media pendidikan. Media
pendidikan yang baik hendaknya disesuaikan dengan karakter siswa dan juga
dikenal oleh siswa. Media yang dikenal siswa adalah benda-benda terdekat atau
di lingkungan sekitar siswa.
2. Variasi
Dalam Pembelajaran
Pembelajaran
merupakan suatu proses yang kompleks dan melibatkan berbagai aspek yang saling
berkaitaan.Oleh karena itu untuk menciptakan pembelajaran yang aktif, kreatif,
efektif, dan menyenangkan diperlukan berbagai keterampilan di antaranya adalah
keterampilan pembelajaran atau keterampilan mengajar.
Keterampilan
mengajar merupakan kompetensi profesional yang cukup kompleks, sebagai
integrasi dari berbagai kompetensi guru secara utuh dan menyeluruh. Thurney
(dalam Mulyasa:2005:69) mengemukakan 8 keterampilan mengajar yang sangat
menentukan dalam kualitas pembelajaran, yaitu
keterampilan bertanya, keterampilan membuat penguatan, keterampilan
mengadakan variasi, keterampilan menjelaskan, keterampilan membuka dan menutup
pelajaraan, keterampilan mengajar
kelompok kecil, keterampilan mengelola kelas, dan keterampilan membimbing
diskusi kelompok kecil.
Untuk
mengatasi kejenuhan dan kebosanan siswa agar selalu antusias, tekun, dan penuh
partisipasi maka guru harus menguasai keterampilan variasi dalam pembelajaran.
Variasi dalam pembelajaran adalah perubahan dalam proses kegiatan yang
bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajara siswa serta mengurangi kejenuhan
dan kebosanan.Variasi dalam pembelajaran bertujuan untuk:
1. Meningkatkan
perhatian siswa terhadap materi pembelajaran.
2. Memberikan
kesempatan bagi perkembangan bakat siswa terhadap berbagai hal baru dalam
pembelajaraan.
3. Memupuk
perilaku positif siswa dalam pembelajaran.
4. Memberi
kesempatan pada siswa untuk belajar sesuai dengan tingkat dan kemampuannya.
Variasi
dalam pembelajaraan dapat dikelompokkan menjadi empat bagian, yaitu variasi dalam mengajar, variasi dalam
menggunakan media dan sumber belajar, variasi dalam pola interaksi, dan variasi dalam kegiaran (Mulyasa, 2005:79).
Dalam
penggunaan media dan sumber belajar dapat dilakukan sebagai berikut.
1. Variasi
alat dan bahan yang dapat dilihat.
2. Variasi
alat dan bahan yang dapat di dengar.
3. Variasi
alat dan bahan yang dapat raba.
4. Variasi
penggunaan sumber belajar yang ada di lingkungan sekitar.
Dalam pembelajaran matematika
khususnya tentang perkalian pada pokok bahasan menghafal perkalian sampai
bilangan tiga angka biasanya disajikan dengan cara siswa menghafal perkalian
sampai bilangan tiga angka, kemudian kalau sudah hafal mereka melaporkannya
dengan menyebutkan perkalian sampai bilangan tiga angka di depan kelas. Hal
tersebut berdampak pada siswa mudah bosan dan jenuh. Begitu pula faktor
keberhasilannya relatif kecil. Seandainya mereka berhasil hafal itupun mudah
lupa kembali. Itu semua dapat terjadi karena guru kurang dapat menggunakan
variasi dalam pembelajaran
Sebenarnya
banyak alternatif media yang dapat digunakan dalam pembelajaran perkalian,
salah satunya adalah menggunakan media belajar yang ada di sekitar siswa.
Sehubungan dengan hal tersebut Puspita (2003:1) mengemukakan adanya “
Kalkulator Jari” yaitu pola hitung perkalian dengan memnggunakan jari.
Pada
dasarnya perkalian dengan menggunakan jari ini
disajikan dalam tiga tahap yaitu perkalian dengan penjumlahan berulang
atau kelipatan, perkalian dengan faktor 6 sampai dengan 10, dan perkalian
dengan faktor bilanagan 11 dan seterusnya.
E.
Metodologi
Penelitian
a.
Pendekatan dan Jenis Penelitian
Berdasar pada latar belakang penelitian , maka
pendekatan penelitian ini adalahpendekatan penelitian kualitatif.
Pendekatan kualitatif mempunyai karakteristik sebagaimana dilakukan oleh
Sugiono (dalam Harmini:2004:21), antara
lain (1) kondisi objek alamiah, (2) peneliti sebagai objek utama, (3) kaya akan
data yang bersifat deskriptif keadaan, (4) analisis dilakukan secara induktif
(dari contoh ke kesimpulan atau dari khusus ke umum) dan berlangsung sejak di
mulai sampai pengumpulan data selesai, (5) pengumpulan data dilakukan secara
simultan atau berkesinambungan, baik dalam hal metode, sumber, dan pengumpulan
data.
Pendekatan kualitatif
dalam penelitian ini digunakan untuk menelusuri dan mendapatkan gambaran secara
jelas tentang fenomena yang tampak selama pembelajaran berlangsung. Fenomena
yang dimaksud adalah situasi kelas dan tingkah laku siswa selama proses
pembelajaran berlangsung.
b.
Metode Penelitian
Penelitian ini
merupakan penelitian tindakan kelas (action reseach) karena penelitian
ini dilakukan untuk memecahkan masalah di kelas dan dilakukan sesuai dengan
langkah – langkah pada penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas
dilakukan dengan diawali oleh suatu kajian terhadap suatu masalah secara
sistematis. Hasil kajian digunakan sebagai dasar untuk mengatasi masalah. Dalam
proses perencanaan yang telah disusun dilakukan observasi dan evaluasi yang
hasilnya dipahami sebagai masukan untuk melakukan refleksi atas apa yang
terjadi pada tahapan perencanaan. Tahapan-tahapan di atas dilakukan
berulang-ulang dan bersinambungan sampai suatu kualitas keberhasilan tertentu
dapat tercapai (Wibawa, 2004:4).
Dalam penelitian ini
guru bekerjasama dengan mitra kalaborasi, yaitu guru kelas III dan teman sejawat. Hal ini dimaksudkan agar
konsentrasi guru dalam mengajar tidak terbelah oleh hal-hal lain. Dengan cara
ini diharapkan akan didapatkan data yang seobjetif mungkin demi kevalidan data
yang diperlukan.
c.
Tempat, Waktu, dan Subjek Penelitian
Penelitian ini
dilakukan di SD Negeri 2 Sukajaya, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis. Alasan
pemilihan lokasi ini adalah peneliti mengajar di SD tersebut dan lokasi SD ini
berada di tengah kota Kecamatan Tanggulangin. Penelitian ini dilaksanakan mulai
September sampai bulan November tahun 2006 smester I, pada kelas III SD Negeri
2 Sukajaya, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis
dengan jumlah siswa 49 anak yang terdiri atas 24 siswa putra dan 25
siswa putri.
d.
Data dan Sumber Data
Data yang diperoleh
diambil dari hasil kegiatan yang berhubungan dengan pembelajaran matematika
hitung perkalian dan pembagian pada siswa kelas III SD Negeri 2 Sukajaya,
Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis. Adapun data yang diperoleh dalam
penelitian ini adalah: (1) data dari angket siswa, pengamatan peneliti terhadap
hasil pembelajaran matematika, dan dari hasil wawancara peneliti dengan guru
kelas III, (2) dari hasil catatan perilaku siswa selama pembelajaran
berlangsung, (3) dari hasil belajar siswa melalui tes yang dilakukan selama proses
pembelajaran perkalian dan pembagian.
e.
Prosedur Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan
data dilakukan berdasarkan bentuk data yang ingin diperoleh. Untuk mengetahui
kemampuan menghitung perkalian dilakukan dengan tes hasil belajar dalam bentuk
skor. Sedangkan data tentang sikap dan perilaku serta tanggapan siswa selama
pembelajaran perkalian dilakukan melalui pengamatan pada subjek penelitian.
Data mengenai
pelaksanaan pembelajaran dalam kelas diperoleh melalui catatan lapangan dan
wawancara. Oleh karena itu peneliti mempunyai tugas rangkap yaitu sambil
mengajar guru juga mengumpulkan data. Maka untuk memperoleh data yang
akurat, dalam mendapatkan data guru
bekerja sama dengan guru kelas III dan
teman sejawat untuk melakukan pengamatan. Selanjutnya dari hasil pengamatan
didiskusikan bersama. Hasil dari diskusi akan digunakan sebagai pedoman untuk
menentukan refleksi dalam melakukan tindakan selanjutnya. Pemberian tindakan
ini dilakukan berulang-ulang (siklus) agar dapat diambil kesimpulan yang sesuai
dengan fokus penelitian.
f.
TeknikAnalisis Data
Memperhatikan jenis
data yang dikumpulkan, ada dua teknik yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu analisis
kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis
kuantitatif digunakan terhadap hasil tes sedangkan analisis kualitatif
digunakan dalam data kualitatif yang diperoleh dari hasil pengamatan terhadap
guru, siswa, atau hal-ahal lain yang tampak selama penelitian ini.
Demikian juga
aktivitas dan kerja sama dengan kelompok dalam pembelajaran juga didasarkan pada
indikator yang muncul. Kemudian dari hasil catatan lapangan yang dilengkapi
dengan hasil observasi, wawancara, dan dari hasil angket siswa dilakukan
analisis bersama guru kelas III dan
teman sejawat, kemudian ditafsirkan berdasarkan kajian pustaka dan pengalaman
guru. Sedangkan kemampuan menghitung perkalian dianalisis berdasarkan rata-rata
perolehan hasil evaluasi dengan rumus:

N N = jumlah siswa
M = rata-rata (mean)
Pembelajaran hitung perkalian dianggap tuntas bila perolehan hasil evaluasi
siswa rata-rata hasil hitungan > 70, dan siswa dianggap tuntas dalam
penguasaan hitung perkalian bila memperoleh nilai baik yaitu 70.
Keterangan :
90 -
100 = sangat baik 30 -
49 = kurang
70 -
89 = baik 0
- 29 = kurang sekali
50 -
69 = cukup
F.
Hasil
Penelitian dan Pembahasan 

a.
Deskripsi
Hasil Penelitian Siklus-1
Siklus
1 diawali dengan menyusun rencana tindakan berdasarkan hasil refleksi awal.
Langkah selanjutnya, melaksanakan tindakan siklus 1, sesuai dengan rencana.
Untuk mengetahui implementasi pelaksanaan tindakan siklus 1, dilakukan
pengamatan oleh teman sejawat. Untuk kemudian data hasil pengamatan ini
dianalisis dan direfleksi secara kolaborasi. Adapun hasil analisis dan refleksi
tersebut, sebagai berikut.
1) Pemberian
nomor dada sebagai nomor urut absen pada siswa dipergunakan untuk mempermudah
guru serta teman sejawat untuk melakukan kegiatan.
2) Pada
pemberian soal penjajagan, siswa yang siap menjawab pertanyaan 12 anak pada
pertanyaan pertama. Pada pertanyaan kedua 10 anak, dan pada pertanyaan ketiga
dan keempat rata-rata 17 anak. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan hitung
perkalian dan pembagian masih rendah yaitu 27,5%.
3) Pada
saat permainan berlangsung siswa mendapat pengalaman baru yaitu belajarmatematika sambil bermain.
Oleh karena itu mereka tampak bersemangat dalam mengikuti permainan. Adapun
siswa dengan nomor absen 1,2,5,6,9, dan 44, kurang dapat mengikuti permainan.
Dari hasil wawancara dengan guru kelas III diketahui bahwa siswa-siswa tersebut
merupakan siswa yang terbelakang. Oleh karena itu ketika peneliti yang saat itu
bertindak sebagai guru melakukan wawancara gengan mereka menganjurkan bahwa
untuk mempermudah melakukan permainan tersebut maka kesepuluh jari itu diberi
tulisan angka sesuai dengan kelipatan pada permainan, kemudian dibaca
berulang-ulang.
4) Makin
tinggi kelipatan pada permainan jari, makin tinggi pula tingkat kesulitannya.
Hal ini merupakan suatu kelemahan dari pembelajaran ini. Untuk itu guru sudah
mengantisipasi dengan hanya menggunakan lima jari ketika bermain lompat jari
dengan kelipatan 6 sampai dengan 10. Untuk bilangan tersebut akan dilanjutkan
pada tindakan siklus kedua.
5) Ruang
kelas tempat peneliti melakukan pembelajaran berukuran 6 m x 7m, dengan
kapasitas siswa yang berjumlah 49 siswa maka tampak siswa agak berjubel
sehingga guru kerang bebas bergerak. Oleh karena itu kelompok yang berada di
belakang kurang mendapat kunjungan. Namun itu menjadi catatan bagi peneliti
untuk tindakan pada siklus selanjutnya.
6) Saat
kegiatan berlangsung siswa nomor absen 7 tampak sibuk dengan kegiatan sendiri.
Menurut guru kelas III siswa ini memang
selalu ingin diperhatikan. Bahkan biasanya siswa ini selalu keluar dari tempat
duduk berjalan mondar-mandir. Namun setelah diberi kesempatan untuk
memperagakan permainan ke depan, ia mulai aktif mengikuti kegiatan.
7) Ketika
kerja kelompok berlangsung siswa tampak aktif, semua terlibat dalam kerja
kelompok. Untuk siswa bernomor absen 2,5, dan 9, tampak kurang percaya diri.
Dengan demikian untuk tindakan pada siklus selanjutnya hal seperti ini dapat
diperkecil, bahkan dihilangkan.
8) Seusai
permainan jari serta penerapannya pada perkalian dan pembagian terdapat
kemajuan sikap dan kemampuan siswa dalam hitung perkalian dan pembagian, hingga
guru kesulitan menunjuk siswa untuk menjawab pertanyaan yang diajukan setelah
permainan, karena siswa yang siap
menjawab 32 anak yang berarti ketuntasan aktivitas siswa 64 %. Namun hal ini perlu ditingkatkan pada
tindakan selanjutnya.
9) Pada
kegiatan kerja kelompok kedua yaitu menyusun kartu bilangan dalam pembagian,
kemudian menuliskan pada lembar kerja dan menyelesaikan dengan berdiskusi waktu
yang dibutuhkan lebih singkat dari kegiataan kerja kelompok yang pertama. Hal
ini menunjukkan bahwa kooperatif siswa serta kemampuan hitung perkalian dan
pembagian meningkat.
10) Ketelitian
siswa tampak saat melaporkan hasil kerja
kelompok, siswa mampu menanggapi hasil kerja kelompok yang kurang tepat. Namun
itu baru beberapa siswa. Selanjutnya diharapkan ketelitian ini juga dikuasai
oleh siswa-siswa yang lain.
11) Terdapat
peningkatan kedisiplinan, hal ini tampak ketika pengumpulan hasil evaluasi. Saat
waktu dinyatakan habis siswa langsung mengumpulkan dengan tertib. Hal ini
berbeda dengan pengumpulan soal penjajagan pada awal pembelajaran.
12) Saat
akhir pembelajaran siswa merasa senang. Mereka ingin pembelajaran matematika
selanjutnya menggunakan model pembelajaran yang seperti ini. Hal ini
diungkapkan pada akhir pembelajaran siswa menanyakan kapan peneliti mengajar
dengan cara ini lagi.
13) Secara
keseluruha hasil observasi teman sejawat pada siklus pertama adalah: (1) dalam
hal aktivitas, siswa aktif 58 %, siswa sedang 30 %, dan siswa pasif 12 %, (2)
dalam kerja sama (kooperatif), siswa aktif 62 %, siswa sedang 28%, dan siswa
pasif 10 %, (3) sedangkan dari hasil evaluasi penguasaan hitung perkalian dan
pembagian sampai bilangan mencapai rata-rata 68, dengan 33 siswa tuntas
pembelajaran hitung perkalian dan 16 siswa belum tuntas.
Melihat
paparan data di atas, dengan nilai rata-rata hasil evaluasi tindakan siklus-1
adalah 68, maka ketuntasan belajar tentang hitung perkalian belum tercapai.
Begitu pula tentang aktivitas pembelajaran dan kerja sama siswa dalam
menyelesaikan tugas kelompok masih perlu ditingkatkan, dan masih tampak siswa
yang tidak aktif serta siswa kurang dapat mengikuti kegiatan pembelajaran. Oleh
karena itu tindakan pembelajaran masih perlu diteruskan pada siklus
selanjutnya.
b. Deskripsi
Hasil Penelitian Siklus-2
Tidak berbeda jauh
dengan proses tindakan siklus 1, pada siklus 2 pun menempuh tahapan yang sama,
yakni diawali dengan menyusun rencana tindakan berdasarkan hasil refleksi siklus
1, melaksanakan tindakan siklus 2 sesuai dengan rencana, mengamati pelaksanaan
tindakan, dan analisis serta refleksi. Berdasarkan hasil analisis dan refleksi
tersebut dapat diketahui tingkat keberhasilan pelaksanaan tindakan siklus 2,
yakni sebagai berikut.
1) Berdasarkan pertanyaan yang
diajukan oleh guru pada abservasi, siswa-siswa
yang kurang aktif atau lambat, sudah dapat menjawab kecuali siswa No.1.
Faktor penyebabnya memang yang bersangkutan kurang belajar dengan baik.
2) Saat mengumpulkan lembar soal
penjajagan siswa mengumpulkan dengan rapi dan tertib, hal ini menunjukkan
kedisiplinan siswa sudah dapat dijaga.
3) Semangat belajar dan
aktivitas siswa makin tinggi, hingga saat memperagakan permainan perkalian jari
semua berebut ke depan.
4) Saat mengerjakan tugas
kelompok, masing-masing kelompok menyelesaikan dengan cara yang berbeda-beda.
Hal ini menunjukkan bahwa pada tindakan siklus-2 ini kreativitas siswa mulai
tampak.
5) Keberanian dan ketelitian
siswa semakin tinggi. Hal ini sesuai dengan hasil observasi, yakni beberapa
siswa dapat menunjukkan dan membenahi hasil kerja kelompok lain.
6) Secara keseluruhan dari
hasil observasi teman sejawat pada siklus-2 ini serta hasil angket dan
wawancara adalah (1) aktivitas siswa;
siswa aktif 78%, siswa sedang 18%, dan siswa pasif 4%, (2) kooperatif
siswa; siswa aktif 84%, siswa sedang 14%, dan siswa pasif 2%, (3) hasil
evaluasi menunjukkan rata-rata kemampuan hitung perkalian siswa 76%, dengan 46
siswa tuntas dalam pembelajaran hitung perkalian dan pembagian 3 siswa belum
tuntas.
Berdasarkan paparan data hasil
analisis pada tindakan siklus-2 di atas menunjukkan bahwa aktivitas siwa dalam
pembelajaran menunjukkan peningkatan. Begitu pula kerja sama siswa dalam
menyelesaikan kerja kelompok juga mengalami peingkatan. Apabila dibandingkan
dengan target ketuntasan kemampuan hitung perkalian dengan rata-rata 70, maka
pembelajaran hitung perkalian dengan menggunakan media benda-benda terdekat
dikatakan selesai.
Sedangkan untuk ketiga siswa yang
belum mencapai ketuntasan dalam pembelajaran hitung perkalian ini menurut guru
kelas III memang ada masalah, yakni
kurang bersungguh-sungguh dalam belajar. Menurut hasil diskusi peneliti dan
teman sejawat untuk menindaklanjuti kedua siswa tersebut butuh waktu yang
panjang. Oleh karena itu untuk selanjutnya akan ditangani sendiri oleh guru
kelas III.
c. Pembahasan
1. Kemampuan
Hitung Siswa Kelas III
Berdasarkan analisa hasil observasi
hasil tindakan siklus-1 dengan bahasan
menghafal perkalian dan pembagian sampai dengan bilangan 100, pada pertanyaan
penjajagan menunjukkan penguasaan materi sebelum tindakan dilaksanakan 31% dan
setelah tindakan dilaksanakan 68%. Pada tindakan siklus-2 dengan bahasan menghitung perkalian dengan
cara bersusun, menunjukkan sebelum tindakan dilaksanakan penguasaan materi
siswa tentang perkalian bersusun menurut hasil pertanyaan penjajagan sebesar
48% sedangkan setelah tindakan berlangsung menunjukkan 76%. Dengan target
kemampuan hitung perkalian 70 % maka hal ini menunjukkan bahwa pembahasan
tentang perkalian dengan menggunakan media benda-benda terdekat dapat
meningkatkan kemampuan hitung perkalian.
2. Aktivitas
Siswa dalam Pembelajaran
Dari hasi observasi peneliti pada
pembelajaran matematika dengtan bahasan
membulatkan hasil operasi hitung dalam satuan, puluhan, dan ratusan terdekat
yang disampaikan oleh guru kelas III, siswa tampak pasif, takut bertanya, dan
kurang percaya diri serta perhatian mereka kecil sekali. Juga pada awal
tindakan siklus-1, tampak siswa takut menjawab dan memperagakan ke depan hingga
guru mengulang kegiatan awal permainan siklus-1. Namun setelah setelah
permainan selesai pada siklus pertama, aktivitas siswa meningkat, siswa menjadi
semangat. Hal tersebut tampak ketika memperagakan permainan lompat jari mulai
awal kelipatan dua dan seterusnya, siswa berebut untuk memperagakan ke depan.
Begitu pula pertanyaan demi pertanyaan yang disampaikan oleh guru, ditanggapi
secara aktif oleh siswa dengan hampir seluruh siswa siap menjawab pertanyaan
tersebut. Menurut hasil observasi guru kelas III dan teman sejawat, aktivitas
siswa pada tindakan siklus-1 menunjukkan: siswa aktif 54 %, siswa sedang 32 %,
dan siswa pasif 14%. Sedangkan pada tindakan siklus-2, siswa aktif78%, siswa
swdang 18 %, dan siswa pasif 4%. Dengan demikian berdasarkan hasil analisis data
di atas dapat dikatakan bahwa pembelajaran hitung perkalian dengan media
benda-benda terdekat dapat meningkatkan aktivitas belajar.
3. Kooperatif
dalam Menyelesaikan Kerja Kelompok
Berdasarkan hasil observasi peneliti
pada pembelajaran matematika yang disajikan oleh guru kelas III, siswa tampak
tidak semangat, terkesan takut, apa lagi ketika menyelesaikan tugas dari guru
baik perorangan maupun kelompok, sebagian besar mereka bergantung kepada teman,
terutama teman sebangku. Hal ini menunjukkan bahwa interaksi antar siswa dan
kerja sapa dalam kelompok belum terbentuk. Dari hasil pengamatan guru kelas III
dan teman sejawat saat peneliti melaksanakan tindakan pada siklus-1 menunjukkan
bahwa saat menyelesaikan tugas kelompok, siswa menyelesaika bersama, berpikir
bersama, dan memecahkan masalah bersama. Hal tersebut tampak sekali saat
memasangkan kartu-kartu bilangan ke dalam bentuk perkalian dan pembagian,
mereka terlibat dalam diskusi mencari pasangan yang mudah untuk diselesaikan.
Begitu juga pada tindakan siklus-2, mereka berkerja sama seolah sudah tidak ada
pembatas antara yang cepat belajar dan yang lambat belajar. Secara rinci hasil
analisis dari observasi pada tindakan siklus-1 sebagai berikut: siswa aktif
62%, siswa sedang 28%, dan siswa pasif 10%. Sedangkan pada tindakan siklus-2
siswa aktif 78%, siswa sedang 14% dan siswa pasif 2%. Berdasarkan analisis data
hasil observasi tindakan siklus-1 dan siklus-2 serta hasil obsevasi peneliti
pada pembelajaran yang disampaikan, keja sama pada kelompok dikatakan berhasil.
Artinya, dengan menggunakan media benda-benda terdekat dalam menyelesaikan
tugas bersama pembelajaran matematika tentang hitung perkalian dapat
mempertingi kerjasama dan interaksi antar siswa.
4.
Hal-hal
yang ditemukan dalam observasi tindakan siklus-1 dan siklus-2:
1)
Motivasi
semangat belajar siswa semakin tinggi, tampak saat permaina yang dilaksanakan pada tindakan siklus-1 dan
siklus-2 siswa berebut untuk memperagakan permainan ke depan.
2)
Kedisiplinan
siswa dalam mengikuti aturan semakin tinggi. Hal ini dapat dilihat saat siswa
mengumpulkan lembar jawaban pada pertanyaan penjajagan, siswa tampak tak
teratur dan memakan waktu yang panjang, tetapi saat mengumpulkan lembar jawaban
evaluasi baik pada siklus-1 atau siklus-2 siswa tampak tertib.
3)
Selesai
tindakan siklus-1 siswa bertanya kapan peneliti akan mengajar lagi di kelas
III. Hal ini menunjukkan bahwa siswa senang akan pembelajaran yang dibawakan
oleh peneliti. Hasil angket juga mendukung hal yang sama, rata-rata siswa
senang akan pembelajaran maatematika yang dibawakan oleh peneliti.
(1) Kreativitas siswa juga
tampak saat menyelesaikan kerja kelompok. Masing-masing kelompok menggunakan
cara masing-masing untuk memecahkan masalah. Ada yang menggunakan pembagian
tugas dan ada yang menyelesaikan bersama soal demi soal.
G.
Simpulan
dan Saran
a. Simpulan
1. Pembelajaran
hitung perkalian dengan menggunakan media benda-benda terdekat dilaksanakan
dengan urutan: (1) apersepsi yang dapat berupa pertanyaan untuk membawa siswa
menuju mareri atau pertanyaan penjajagan materi, (2) permainan jari, yang dalam
hal ini pada siklus pertama dengan permainan lompat jari dan siklus kedua
dengan permainan perkalian jari, (3) penerapan permainan pada perkalian, (4)
kerja kelompok, dan (5) evaluasi.
2. Pembelajaran
hitung perkalian pada pelajaran matematika dengan menggunakan media benda-benda
terdekat meningkatkan aktivitas pembelajaran, mempertinggi interaksi antar
siswa dan keja sama kelompok, serta meningkatkan pemahaman siswa terhadap
perkalian dan pembagian sehingga kemampuan hitung siswa semakin tinggi.
3. Pembelajaran
matematika dengan media benda-benda terdekat memacu keberanian siswa sehingga
dengan sendirinya rasa minder dan takut bagi siswa tertentu akan hilang,
memotivasi siswa untuk lebih aktif dalam pembelajaraan, sehingga pembelajaran
semakin hidup, dan memberikan kebebasan pada siswa untuk berkreasi dalam
menyelesaikan tugas kelompok.
b. Saran-Saran
Sesuai
dengan hasil penelitian maka sebagai tindak lanjut dan kesempurnaan maka
dikemukakan saran-saran sebagai berikut.
1.
Dalam melaksanakan
pembelajaran hendaknya guru mempersiapkan segala sesuatunya seperti: rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP),
lembar kerja, alat evaluasi, dan peralatan yang diperalukan.
2.
Untuk meningkatkan kemampuan
hitung perkalian, aktivitas, dan kreativitas dalam pembelajaran, hendaknya guru
menggunakan model pembelajaran yang menarik dan menggunakan media yang sesuai,
misalnya media benda-benda terdekat seperti kartu bilangan dan jari tangan.
3.
Untuk penelitian selanjutnya
hendaknya diadakan perbaikan-perbaikan dan penyempurnaan sehingga diperoleh
hasil yang lebih baik.
H.
Sumber
Rujukan
Aqip,
Zainal. 2003. Karya Tulis Ilmiah Bandung: Yrama Widya.
AZ, Mulyana. 2001. Rahasia Matematika. Surabaya:
Edutama Mulya.
Degeng, Nyoman Sudana.1997. Strategi Pembelajaran.
Malang: Ikip Malang.
Depdikbud. 2004. Kurikulum Pendidikan Dasar,
Garis-garis ProgramPengajaran (GBPP).
Jakarta: Depdikbud.
Hamalik, Umar. 1982. Media Pendidikan. Bandung:
Alumni.
Harmini,Sri. 2004. Model Bermain Sebagai Upaya Meningkatkan
Pemahaman Siswa Terhadap Operasi Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan CacahDi
Kelas III SD. Hasil Penelitian, tidak diterbitkan : Universitas Malang.
Kamisa. 1997. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia.
Surabaya: Kartika.
Mulyasa, E. 2005. Menjadi Guru Profesional.
Jakarta: Remaja Rosda Karya.
Puspita. 2004. Aneka Berhitung Cepat, tidak
diterbitkan. Bandung: Dipakai
untuk Kalangan Sendiri.
Wibawa, Basuki. 2000. Penelitian Tindakan Kelas.
Jakarta: Direktorat Tenaga Kependidikan.
ijin copy ya trims
BalasHapus